Isu perubahan iklim semakin menjadi perhatian dunia. Salah satu langkah untuk menanganinya adalah dengan penerapan konsep Green Campus, yang diterapkan oleh berbagai institusi pendidikan di Indonesia, termasuk Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (UMSIDA). Melalui pendekatan Building Information Modelling (BIM) dan penilaian Greenship oleh Green Building Council Indonesia (GBCI), UMSIDA berupaya mengurangi dampak perubahan iklim dengan menciptakan kampus yang ramah lingkungan.
Peran Green Campus dalam Mengatasi Perubahan Iklim
Perubahan iklim akibat pemanasan global telah memberikan dampak signifikan terhadap kehidupan manusia, termasuk pada sektor konstruksi. Di Indonesia, sebagai negara dengan tingkat emisi karbon yang tinggi, upaya untuk mengurangi emisi tersebut melalui konsep Bangunan Gedung Hijau (BGH) menjadi sangat relevan. Salah satu caranya adalah dengan menerapkan Green Campus, yang merupakan perluasan dari konsep Green Building.
UMSIDA, sebagai bagian dari tanggung jawab sosial dan lingkungan, telah memulai langkah ini di Kampus 3 mereka dengan menggunakan pendekatan BIM pada pemodelan tiga dimensi bangunan. Proses ini bertujuan untuk menciptakan efisiensi dalam penggunaan energi, air, dan sumber daya lainnya. Dengan menerapkan standar Greenship, UMSIDA berharap dapat menciptakan kampus yang tidak hanya ramah lingkungan tetapi juga dapat memberikan dampak positif terhadap iklim mikro di sekitarnya.
Implementasi BIM untuk Mendukung Kampus Hijau
Building Information Modelling (BIM) adalah teknologi yang memainkan peran penting dalam perencanaan dan pembangunan berkelanjutan. Dengan BIM, data digital terkait bangunan diolah menjadi model 3D yang memungkinkan simulasi lebih akurat serta mengurangi kesalahan desain. Teknologi ini digunakan dalam penilaian Greenship yang dilakukan oleh UMSIDA untuk memastikan kampus mereka memenuhi kriteria bangunan hijau.
Dalam penilaian ini, terdapat beberapa indikator utama yang digunakan oleh GBCI, antara lain Appropriate Site Development (ASD), Energy Efficiency and Conservation (EEC), Water Conservation (WAC), Material Resources and Cycle (MRC), Indoor Health and Comfort (IHC), serta Building Environment Management (BEM). Penilaian dari setiap aspek tersebut memberikan nilai yang kemudian menentukan tingkat sertifikasi Greenship yang diterima, mulai dari Bronze hingga Platinum.
Hasil penilaian terhadap Kampus 3 UMSIDA menunjukkan bahwa bangunan tersebut berhasil meraih sertifikasi Bronze dengan total nilai 30,83 dari 77. Meski demikian, UMSIDA masih perlu melakukan beberapa peningkatan untuk dapat mencapai level Platinum, yang merupakan level tertinggi dalam sertifikasi Greenship.
Rekomendasi Teknis untuk Mencapai Sertifikasi Platinum
Agar dapat meningkatkan skor dan mencapai sertifikasi Platinum, UMSIDA perlu melakukan beberapa langkah strategis, yang juga tercantum dalam rekomendasi teknis yang dihasilkan dari penelitian. Salah satu rekomendasinya adalah peningkatan efisiensi energi melalui perhitungan Overall Thermal Transfer Value (OOTV), yang dapat membantu kampus mengoptimalkan penggunaan energi untuk pencahayaan dan pendingin ruangan.
Selain itu, UMSIDA juga disarankan untuk menggunakan sistem energi terbarukan, seperti photovoltaics (PV), yang dapat mengonversi energi matahari menjadi listrik. Penggunaan teknologi ini tidak hanya akan mengurangi biaya operasional kampus dalam jangka panjang tetapi juga dapat mengurangi emisi karbon, sejalan dengan tujuan Green Campus.
Di sisi konservasi air, UMSIDA perlu mengadopsi teknologi yang lebih efisien, seperti pemasangan meteran air dan sistem pengelolaan air hujan. Dengan sistem ini, air hujan dapat dimanfaatkan kembali, sehingga kampus dapat mengurangi penggunaan air tanah yang berdampak pada lingkungan.
Rekomendasi lainnya adalah peningkatan kenyamanan ruang dalam (IHC) dengan memastikan adanya pengelolaan kualitas udara yang baik di setiap bangunan kampus. Hal ini termasuk pengendalian polusi udara dalam ruangan dengan menggunakan material bangunan yang rendah emisi serta ventilasi yang baik.
Upaya UMSIDA dalam menerapkan konsep Green Campus melalui penilaian Greenship dan implementasi BIM adalah langkah maju dalam menciptakan lingkungan kampus yang ramah lingkungan dan berkelanjutan. Meski saat ini Kampus 3 UMSIDA baru mendapatkan predikat Bronze, rekomendasi teknis yang ada dapat menjadi panduan untuk meningkatkan kinerja bangunan dan mencapai predikat Platinum.
Penerapan teknologi seperti BIM dan penggunaan energi terbarukan adalah solusi penting untuk menciptakan bangunan yang lebih efisien dan ramah lingkungan. Jika UMSIDA terus mengikuti rekomendasi teknis dan melakukan peningkatan pada berbagai aspek, mereka tidak hanya akan meraih sertifikasi Platinum, tetapi juga memberikan kontribusi nyata dalam mengurangi dampak perubahan iklim global.
Pada akhirnya, kampus hijau bukan hanya tentang mendapatkan sertifikasi, tetapi juga tentang mengambil peran aktif dalam menjaga lingkungan dan memberikan dampak positif bagi generasi mendatang. Kampus hijau menjadi model bagi institusi lain untuk mengadopsi pendekatan serupa dalam menciptakan lingkungan belajar yang sehat dan berkelanjutan.
Sumber: Jurnal, Freepik
Penulis: Ifa