Evaluasi Kinerja Infrastruktur Kereta Api di Stasiun Gubeng Berdasarkan Persepsi Pengguna

Sipil.umsida.ac.id – Kereta api merupakan salah satu moda transportasi berbasis rel yang telah lama eksis di Indonesia. Sejarahnya dimulai sejak masa pemerintah Hindia Belanda pada 1875 dengan dibangunnya jalur pertama yang menghubungkan Surabaya-Pasuruan-Malang. Saat ini, PT Kereta Api Indonesia (PT KAI) mengelola jalur kereta api di Indonesia dengan tujuh anak perusahaan yang berfokus pada layanan spesifik seperti layanan komuter, logistik, dan pariwisata​.

Stasiun Gubeng, sebagai stasiun dengan jumlah penumpang terbanyak di wilayah Daop 8 PT KAI Surabaya, memegang peran krusial. Pada Januari 2019, tercatat 978.346 penumpang di stasiun ini, dan jumlah ini terus bertambah setiap tahun. Lokasinya yang unik di ketinggian lima meter serta dua sisi yang memiliki fungsi berbeda, menjadikan Stasiun Gubeng sebagai objek yang menarik untuk dievaluasi. Sisi barat digunakan untuk kereta ekonomi dan ekspres, sementara sisi timur untuk kereta bisnis dan eksekutif. Perbedaan ini menuntut adanya fasilitas infrastruktur yang sesuai untuk menjamin kenyamanan dan keamanan pengguna.

Tujuan Penelitian dan Metode Importance Performance Analysis (IPA)

Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengevaluasi kinerja infrastruktur di Stasiun Gubeng berdasarkan persepsi pengguna. Dengan demikian, diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai seberapa baik fasilitas yang ada telah memenuhi standar minimum pelayanan kereta api. Untuk analisis ini, digunakan metode Importance Performance Analysis (IPA) yang mengukur hubungan antara persepsi konsumen dan prioritas perbaikan kualitas layanan melalui kuadran analisis. Teknik ini membantu dalam mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan layanan berdasarkan pentingnya atribut dan tingkat kepuasan pengguna​.

Analisis Kinerja Infrastruktur Berdasarkan Persepsi Pengguna

Hasil survei menunjukkan bahwa tingkat kepuasan rata-rata penumpang terhadap fasilitas yang ada di Stasiun Gubeng adalah 2,48, yang menunjukkan bahwa layanan belum maksimal. Sedangkan rata-rata nilai penting adalah 4,57, mengindikasikan bahwa fasilitas yang ada dianggap penting bagi pengguna.

Berikut beberapa variabel yang dianalisis dan tingkat kepuasan serta prioritas perbaikannya:

  • Informasi Jelas: Kepuasan 2,50, prioritas 4,92
  • Loket Tiket: Kepuasan 2,80, prioritas 4,88
  • Ruang Tunggu: Kepuasan 2,66, prioritas 4,26
  • Toilet: Kepuasan 2,60, prioritas 4,54
  • Area Parkir: Kepuasan 2,40, prioritas 4,38
  • Fasilitas Kesehatan: Kepuasan 2,00, prioritas 4,92 (nilai terendah dalam kepuasan, tetapi prioritas perbaikan sangat tinggi)​

Kuadran Analisis Importance Performance Analysis (IPA)

Metode IPA membagi fasilitas ke dalam empat kuadran, yaitu:

  1. Kuadran I (Prioritas Utama): Fasilitas dalam kuadran ini memerlukan penanganan segera karena memiliki tingkat kepuasan yang rendah tetapi sangat penting bagi pengguna. Di Stasiun Gubeng, fasilitas kesehatan termasuk dalam kuadran ini. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan fasilitas kesehatan, yang saat ini hanya menyediakan ruang laktasi tanpa adanya klinik atau tempat khusus untuk pertolongan pertama​.
  2. Kuadran II (Pertahankan Kinerja): Fasilitas yang berada dalam kuadran ini dianggap memiliki kinerja yang baik dan harus dipertahankan, seperti fasilitas informasi terkait ketersediaan tiket, jadwal kedatangan dan keberangkatan kereta, serta informasi rute. Fasilitas ini dianggap sudah memenuhi kebutuhan pengguna dan perlu dipertahankan
  3. Kuadran III (Prioritas Rendah): Fasilitas yang berada dalam kuadran ini memiliki tingkat kepuasan rendah dan tidak terlalu penting bagi pengguna, seperti fasilitas khusus untuk penyandang disabilitas dan fasilitas kebersihan. Dengan demikian, manajemen tidak perlu memberikan prioritas tinggi untuk perbaikan.
  4. Kuadran IV (Kinerja Berlebihan): Fasilitas dalam kuadran ini memiliki tingkat kepentingan yang rendah tetapi memiliki kinerja yang baik, seperti ruang tunggu, tempat ibadah, dan area parkir. Fasilitas ini dianggap memiliki kinerja yang berlebihan dan sumber daya dapat dialokasikan ke fasilitas lain yang lebih prioritas​.

Analisis Regresi Linear untuk Evaluasi Kinerja Infrastruktur

Analisis regresi linear digunakan untuk mengetahui pengaruh fasilitas terhadap kinerja infrastruktur. Hasil uji menunjukkan bahwa semua variabel memiliki koefisien positif, yang berarti fasilitas ini disukai oleh pengguna. Uji F menunjukkan nilai signifikan sebesar 0,000 yang lebih kecil dari tingkat signifikansi 5%, mengindikasikan adanya hubungan linear antara fasilitas yang tersedia di Stasiun Gubeng dengan kinerja infrastruktur kereta api secara keseluruhan. Dengan nilai R2 sebesar 1, dapat disimpulkan bahwa model ini cukup baik dan dapat merepresentasikan kondisi yang ada​.

Kesimpulan dan Rekomendasi untuk Peningkatan Kinerja Infrastruktur

Berdasarkan hasil analisis IPA dan regresi linear, dapat disimpulkan bahwa terdapat kebutuhan mendesak untuk meningkatkan kualitas fasilitas di Stasiun Gubeng. Fasilitas kesehatan menjadi prioritas utama untuk ditingkatkan, terutama dengan menambah klinik dan peralatan medis. Fasilitas informasi dan loket tiket perlu dipertahankan karena sudah memenuhi harapan pengguna, sementara beberapa fasilitas lain seperti ruang tunggu dan parkir dapat dialokasikan ulang untuk meningkatkan efisiensi sumber daya.

Rekomendasi utama dari penelitian ini adalah PT KAI perlu memperhatikan penyediaan fasilitas kesehatan yang memadai, terutama dalam situasi pandemi COVID-19, demi kenyamanan dan keamanan pengguna. Dengan peningkatan fasilitas sesuai kebutuhan pengguna, diharapkan kualitas pelayanan di Stasiun Gubeng dapat semakin optimal dan memenuhi harapan masyarakat.

Penutup

Kinerja infrastruktur di Stasiun Gubeng menjadi kunci dalam memberikan pelayanan yang optimal bagi pengguna kereta api di Surabaya. Melalui pendekatan Importance Performance Analysis dan analisis regresi linear, penelitian ini memberikan gambaran yang mendalam mengenai kepuasan dan kebutuhan pengguna terhadap fasilitas yang ada. Peningkatan kualitas fasilitas kesehatan, informasi, serta pemeliharaan fasilitas yang telah memenuhi standar merupakan langkah penting yang harus dilakukan oleh manajemen untuk menciptakan lingkungan yang nyaman dan aman bagi seluruh penumpang​.

Penulis: Ifa

Sumber: Jurnal, Freepik