Batam Hadapi Ancaman Kekurangan Air Bersih di Tahun 2025, Solusi dan Tantangan yang Muncul

Sipil.Umsida.ac.id – Kota Batam, yang dikenal sebagai pusat industri dan perdagangan di Indonesia, menghadapi tantangan serius terkait ketersediaan air bersih untuk penduduknya. Dengan pertumbuhan penduduk yang pesat dan perkembangan industri yang terus meningkat, kebutuhan akan air bersih diproyeksikan akan mencapai puncaknya pada tahun 2025. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Atik Wahyuni dan Junianto dari Universitas Internasional Batam, Kota Batam diperkirakan akan mengalami kekurangan air bersih sebesar 4.597,15 liter per detik jika tidak ada langkah preventif yang diambil.

Pertumbuhan Penduduk dan Kebutuhan Air Bersih Batam

Seiring bertambahnya jumlah penduduk, kebutuhan akan air bersih di Kota Batam terus meningkat. Pada tahun 2015, kebutuhan air bersih diperkirakan sebesar 4.588,85 liter per detik, yang pada saat itu masih dapat dipenuhi oleh kapasitas produksi air bersih yang ada. Namun, pertumbuhan penduduk yang terus meningkat menyebabkan proyeksi kebutuhan air bersih pada tahun 2025 melonjak hingga 9.279,15 liter per detik.

Baca Juga: Inovasi Digital dalam Pendidikan: Pelatihan Guru di SMK Muhammadiyah 2 Taman Sidoarjo

Kebutuhan air bersih di Batam tidak hanya untuk keperluan domestik seperti minum, mandi, dan memasak, tetapi juga mencakup kebutuhan industri, perkantoran, hotel, serta fasilitas umum lainnya. Dengan pertumbuhan yang pesat, Batam membutuhkan solusi untuk menjaga kontinuitas pasokan air bersih agar tidak mengalami krisis di masa depan.

Sumber Air dan Kapasitas Waduk yang Terbatas

Sumber utama air bersih di Batam berasal dari waduk yang dikelola oleh PT. Adhya Tirta Batam. Namun, tantangan yang dihadapi adalah keterbatasan lahan untuk pembangunan waduk baru serta ketergantungan yang tinggi pada air hujan sebagai sumber utama air baku. Data menunjukkan bahwa pada tahun 2015, kapasitas desain produksi air bersih dari waduk-waduk yang ada mampu memenuhi kebutuhan hingga akhir tahun 2015. Namun, tanpa adanya penambahan kapasitas waduk, Batam diperkirakan akan mengalami defisit air bersih sebesar 4.597,15 liter per detik pada tahun 2025.

Alternatif Solusi: Pembangunan Waduk dan Penyulingan Air Laut

Untuk mengatasi ancaman kekurangan air bersih, salah satu solusi yang telah direncanakan adalah pembangunan waduk baru, termasuk waduk Rempang dan waduk Sei Gong. Proyek ini diharapkan dapat menambah kapasitas penyimpanan air hujan dan meningkatkan pasokan air bersih bagi penduduk Batam.

Selain pembangunan waduk, teknologi penyulingan air laut melalui proses reverse osmosis juga dipertimbangkan sebagai alternatif. Teknologi ini bekerja dengan memisahkan garam dan zat kontaminan lainnya dari air laut sehingga menghasilkan air bersih yang dapat dikonsumsi. Meskipun teknologi ini menawarkan solusi jangka panjang, tantangan utama yang dihadapi adalah biaya yang tinggi dan kebutuhan energi yang besar untuk mengoperasikannya.

Pentingnya Pengelolaan Air dan Kesadaran Masyarakat

Selain solusi teknis seperti pembangunan waduk dan penyulingan air laut, pengelolaan air yang lebih baik dan peningkatan kesadaran masyarakat dalam penggunaan air bersih menjadi hal yang sangat penting. Masyarakat Kota Batam diharapkan untuk lebih bijak dalam menggunakan air dan mengurangi pemborosan, terutama mengingat potensi kekurangan air di masa depan.

Salah satu langkah yang dapat dilakukan oleh masyarakat adalah membuat sumur resapan biopori di lingkungan rumah masing-masing. Biopori, yang merupakan lubang-lubang kecil di dalam tanah, dapat membantu meningkatkan cadangan air tanah dan mengurangi limpasan air hujan, sehingga memperbaiki keseimbangan air di wilayah tersebut.

Baca Juga: Serat Pakaian Bekas, Inovasi Pemanfaatan Limbah untuk Material Jalan Raya

Penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa Kota Batam membutuhkan langkah-langkah yang konkret dan berkelanjutan untuk memastikan pasokan air bersih yang cukup hingga tahun 2025 dan seterusnya. Pembangunan waduk baru merupakan solusi yang paling efektif saat ini, namun penyulingan air laut juga harus dipertimbangkan sebagai alternatif jika sumber air tawar tidak lagi mencukupi.

Masyarakat juga harus berperan aktif dalam menjaga keberlanjutan air bersih dengan cara mengurangi konsumsi air berlebih dan memanfaatkan teknologi seperti biopori untuk memperbaiki cadangan air tanah. Dengan kombinasi upaya dari pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat, Kota Batam dapat menghindari krisis air bersih dan memastikan ketersediaan air yang cukup untuk generasi mendatang.

Sumber: Jurnal, Freepik

Penulis: Ifa